Sistem moneter internasional yang berlaku sampai dengan menjelang pecah perang dunia ialah sistem standar emas, yang lahir sebagai hasil evolusi praktek-praktek melaksanakan transaksi ekonomi internasional pada umumnya dan transaksi-transaksi pembayaran antar negara pada khususnya.
Beberapa diantara sifat-sifat menguntungkan yang melekat pada sistem standar emass yang banyak disebut dalam literatur ialah :
1. Stbilnya kurs valuta asing. Kurs bergerak dibatasi oleh titik ekspor emas dan titik impor emas, yang pada kenyataannya pada praktek jaraknya dapat dikatakan sangat sempit. Yang menentukan jarak adalah biaya pengakutan emas dari negara bersangkutan ke negara tujuan per unit.
2. Dalam sistem standar emas sistem defisit dan surplus neraca pembayarannya berlangsung tidak berlarut lama melainkan secara otomatis menyusut untuk kemudian kembali kekeadaan seimbang lagi.
Namun ada beberapa kelemahan yang terdapat dalam sistem standar emas diantarnya yaitu :
1. Stabilitas dalam kurs valuta asing biasanya diikuti oleh ketidakstabilan tingkat harga. Apabila terjadi aliran emas masuk maka tingkat harga dan kegiata ekonomi akan cenderung naik dan demikian pula sebaliknya.
2. Mekanisme penyeimbangan kembali neraca pembayaran dalam praktek asing sering tidak lancar seperti yang diungkapkan dalam teori, yang disebabkan oleh adanya kecenderungan pemerintah negara bersangkutan untuk tidak mematuji aturan permainan sistem standar emas.
Setelah perang dunia pertama usai beberapa negara mencoba untuk kembali menggunakan sistem standar emas lagi, namun terhalang oleh depresi dunia tahun 1929. Pada masa kini masih dijumpai juga adanya pemikir dan pengamat ekonomi yang melihat masih adanya kesempatan bahwa suatu ketika sistem standar emas akan hadir lagi, namun sebagian besar juga beranggapan bahwa sistem standar emas tidak lebih hanya sebagai peninggalan sejarah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar